Guru Sinin dan Cerita Pembangunan Masjid
Bersejarah al Barkah di Bangka, Kemang , Jakarta Selatan : Edisi Penelusuran
Bangunan Sejarah Islam
Masjid Al Barkah di daerah Kemang, Bangka,
Jakarta Selatan adalah salah satu dari masjid yang berusia lebih dari 200
tahun. Masjid bersejarah lainnya banyak terletak di Jakarta Utara seperti
Masjid Angke Al – Anwar (1671M) , Masjid “Si Pitung” Al AnAm (1600M), Masjid
Jami Al Nawir (1700M).
Hanya terdapat satu masjid tua yang terdapat di
Jakarta Selatan, dimana baru berkembang setelah dibukanya lahan Kebayoran Baru
dan Blok M untuk perumahan elit golongan Belanda.
Guru Sinin dari Banten datang ke lokasi masjid
Al Barkah yang saat itu pun bukan merupakan tanah matang. Dahulunya daerah
tersebut berawa-rawa dengan kedalaman antara satu – dua meter.
Ada hal dan kejadian yang cukup menarik pada
saat pendirian masjid ini akan dilakukan oleh Guru Sinin, yaitu ada seseorang
yang disebut sebut bernama Guru Peyang, Beliau yang tidak mengizinkan Guru
Sinin untuk mendirikan masjid, dengan tidak diketahui apa alasannya yang juga
serta merta menantang kepada Guru Sinin.
Singkat cerita, akhirnya sampailah persoalan
ini dan diajukanlah perkara ini kepada Tuan Demang sehingga masalah ini masuk
ke Pengadilan Belanda pada saat itu.
Ketika persidangan berlangsung, saat itu Guru
Peyang sang penantang Guru Sinin dengan sikapnya yang congkak berujar,
“Kalo Si Sinin menang ngadepin gue dalem
perkare ini, gue minta biar supaye bute mate gue”. Mendengar ucapan tersebut,
Almarhum Al Maghfurlah Guru Sinin berkata, “Peyang, Lu jangan ngomong begitu,
Tuhan itu Bijaksana, liat nti dalam sidang”.
Tatkala dalam persidangan ternyata Guru
Sinin-lah yang memenangkan persoalan di Pengadilan Belanda serta mendapatkan
izin untuk mendirikan masjid. Sedangkan Guru Peyang memakan sumpah serapahnya,
yaitu menjadi buta matanya; tidak hanya itu, lembah kuburannya pun tidak ada
yang mengetahui keberadaannya sampai sekarang.
Setelah demikian, Sang Guru Mulia Guru Sinin
bin Kyai Sudur, dibantu oleh rekan-rekan seperjuangannya dalam membangun Masjid
yang nanti pada akhirnya diberinama dengan nama Masjid Al Barkah. Pada masa
perjuangan melawan Belanda Masjid Al Barkah ini juga menjadi pusat berkumpul
para pejuang, terlebih saat itu, wilayah ini merupakan daerah hutan yang sulit
diterobos oleh tentara Belanda.
Makam Guru Sinin di Masjid Al Barkah ,
Jakarta Selatan
|
Makam tokoh Islam yang sangat berpengaruh di
abad 18 yaitu Guru Sinin atau Husaini atau Muchsinin dimakamkan di samping
masjid yang dibangunnya di tahun 1818, yang kini menjadi situs peninggalan yang
sangat penting untuk dikunjungi guna mempelajari Islam.
Tokoh besar yang juga dimakamkan di samping Masjid Al Barkah adalah cucu dan cicit Guru Sinin, yaitu Guru H. Raidi yang wafat pada Sabtu, 4 Syawal 1943 pada usia 110 tahun dan Guru K.H Naisin pada 27 tsani 1988 M pada usia 137 tahun. Guru Sinin sendiri meninggal pada usia 146 tahun wafat pada 16 Jumadil Akhir 1929M.
Tokoh besar yang juga dimakamkan di samping Masjid Al Barkah adalah cucu dan cicit Guru Sinin, yaitu Guru H. Raidi yang wafat pada Sabtu, 4 Syawal 1943 pada usia 110 tahun dan Guru K.H Naisin pada 27 tsani 1988 M pada usia 137 tahun. Guru Sinin sendiri meninggal pada usia 146 tahun wafat pada 16 Jumadil Akhir 1929M.
Alamat: Jl. Kemang Utara VII RT 002 RW 04 Kel.
Bangka Jakarta Selatan
sumber:
http://waliyuallahliveforever.blogspot.co.id/2015/06/guru-sinin-dan-cerita-pembangunan.html
0 komentar:
Posting Komentar